Suatu ketika terduduk seorang ayah di
depan teras rumahnya yang teramat sederhana.sebut saja pak Adam.
Entah apa yang sedang ia pikirkan tapi
lamunannya menegaskan bahwa ia sedang memikirkan sesuatu.tiba-tiba anaknya
dating dari dalam rumah-menghapiri dirinya.dengan wajah cemas dan sedih,ia
bertanya pada ayahnya…
“bagaimana
yah.. apa ayah sudah mempunyai uang untuk membelikan ku sepeda baru?? Sepeda
yang ada sudah tidak dapat digunakan lagi akibat tertabrak truk sewaktu pak
tedjo meminjamnya kemarin” jelasnya sambil menunjukkan wajah iba
“aku
tidak mau berangkat kesekolah dengan berjalan kaki-jaraknya sangat jauh”
keluhnya
“.terlebih” lanjutnya “ibu tidak memberiku uang
jajan”..
Sang ayah membelai tipis rambut anaknya sambil berkata..
“iya
nak,ayah akan berusaha.tapi ayah tidak bias berjanji padamu” tersirat rasa
sedih di mata pak Adam.
“siang
ini” lanjutnya “ayah akan mencari uang untuk membeli sepedamu-doakan ayah!!!” katanya
optimis sembari mengecup kening anaknya.
Matahari
sudah tepat di atas kepala-tandanya hari sudah siang.
Sungguh tidak disangka,ternyata pak Adam mencari uang dengan cara menjadi
orang buta-mengemis.Dengan bermodalkan tongkat dan bekas minuman gelas dari
plastik ia mulai menipu orang-orang sekitar dengan berpura-pura buta.sebenarnya
ia bias saja menjadi kenek metro mini atau menjadi kuli di pasar.tapi mungkin
ia mempunyai beberapa alasan untuk tidak melakukannya.
“pak…
pak… kasihan pak” itulah ajian pamungkas yang ia katakan kepada orang-orang di
sekelilingnya-untuk menarik simpati mereka.
Setelah mondar-mandir kesana kemari .ia
memutuskan untuk beristirahat di pinggiran jalan sambil menghitung beberapa
lembar ribuan dan recehan yang ia dapatkan dari hasil mengemis tadi.
Tiba-tiba seorang laki-laki paruh baya
yang membawa sepeda menabrak pelan dirinya dari arah kiri.uang yang di
tangannya pun brantakan di tanah.
dengan perasaan jengkel dan marah ia berkata pada
laki-laki tersebut…
“heyy..hati-hati
kalau berjalan.disinikan ada orang buta sedang duduk,memangnya kamu tidak
melihat???”
Ia marah seperti orang normal,tidak
terlihat seperti orang buta lagi sambil terus merapikan uangnya yang berantakan-mungkin
karena emosi.
“maaf
pak” laki-laki paruh baya yang memakai kacamata dan berpakaian lusuh itu
menjawab “saya tidak melihat,soalnya saya juga buta.sekali lagi saya minta
maaf” mata pak adam melirik ke tangan laki-laki paruh baya itu-di dapatinya
tongkat lipat yang di genggam oleh laki-laki paruh baya tersebut.seolah tak
percaya, ia menggoyangkan tangannya kekiri dan kanan tepat di depan mata
laki-laki paruh baya teresebut.
ternyata benar. laki-laki itu tidak
berkedip sama sekali.
Perhatian pak adam beralih pada sepeda yang dibawa
laki-laki tersebut. Sepedanya masih di bungkis-rapih,dan terlihat masih sangat
baru.
“sepedanya
masih baru nih pak.. hasil mengemis juga???”
Pak adam bertanya dengan ekspresi normal-tidak
berpura-pura buta lagi. Sembari terus memperhatikan sepedanya.
“iya,ini
sepeda baru untuk anak saya!!!” laki-laki buta paruh baya itu menjawab
dengan perasaan gembira.
“tapi maaf pak” lanjutnya “meskipun saya
buta,pantang bagi saya untuk mengemis atau sekedar menunggu belas kasihan orang
lain.saya tidak mau di anggap lemah meskipun diri saya memiliki kekurangan”
Pak adam berhenti memperhatikan sepeda baru
itu.ia mulai menimbang-imbang perkataan laki-laki buta paruh baya
tersebut-memperhatikan setiap kata dengan seksama “ini hasil saya menjadi tukang pijat
keliling. Meskipun hasilnya tidak seberapa..tapi alhamdulillah !! hasil keringat saya sendiri.bukan hasil dar
mengemis atau meminta belas kasihan orang”
Hati pak adam seolah-olah
ter-enyuh mendengar perkataan laki-laki buta teresebut-dapat dilihat dari
ekspressinya.sepertinya rasa malu dan sedih berkecamuk di dalam hatinya.
“ya
sudah pak” sambung laki-laki buta tersebut “saya mau pulang. Saya udah
tidak sabar untuk segera memberikan sepeda ini kepada anak saya!!! Sekali lagi
saya minta maaf”
Kalimat terakhir yang di
ucapkan laki-laki buta tersebut sambil menyunggingkan senyum sebelum pergi.
“iya
pak.hati-hati di jalan!!”
Jawab pak adam-kali ini suaranya terdengar tulus.tidak
bernada marah seperti tadi.
Ia
terlihat sangat menghayati kepergian laki-laki buta tersebut-dengan terus
memperhatikan langkah kaki laki-laki buta itu.
Sekonyong-konyong rasa sedih menghampiri
dirinya,rasa malu kepada diri sendiripun tidak dapat ditepiskan pula.
Hatinya seraya berkata… “mengapa aku yang
dilahirkan sempurna malah menunjukkan betapa kurangnya diri ini.sedangkan ia
yang dilahirkan dengan kekurangan tidak ingin menunjukkan kekurangan yang ada
pada dirinya-padahal itu sangat kontras terlihat.aku malu padanya… aku malu
pada diriku sendiri… tuhan”
Hari
ini pak adam memetik pelajaran berharga dari laki-laki buta tersebut.
Bahwa seberapapun kekurangan yang ada dalam diri
kita bukanlah suatu halangan dan bukan alasan untuk mengeluh tanpa pernah
berusaha.
Laki-laki buta tersebut sepertinya lebih arif menghadapi beban hidup yang
terkadang sangat sulit bagi orang-orang dhaif
seperti dirinya.
Doa –doa yang ia lantunkan di antara sujudnya bukanlah satu-satunya usaha yang ia lakukan,akan tetapi itu semua
adalah pemanis dalam usahanya mengais rezeki yang halal setapak demi setapak.ia
dapat membuktikan bahwa orang-orang sepertinya tidak hanya dapat berpangku
tangan,mengeluh,atau sekedar menunggu belas kasihan orang lain.
Sesungguhnya,bukankah doa tanpa
usaha bagaikan kembang tanpa kumbang atau sayur tanpa garam???
sang kuasapun membenci doa yang tanpa di sertai dengan usaha.
Perlu kita tekankan dalam diri kita,bahwa Tuhan
tidak akan menciptakan suatu masalah tanpa ada jalan keluarnya.berpangku tangan
atau mengeluh bukanlah satu-satunya jalan keluar yang bijak.
Jadi,sertakanlah doamu dengan usaha.bukan dengan
keluhan atau sekedar menunggu rasa iba orang lain datang.
By
" Evhong"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar