Kamis, 22 Maret 2012

PELAJARAN DARI SI BUTA


Suatu ketika terduduk seorang ayah di depan teras rumahnya yang teramat sederhana.sebut saja pak Adam.
Entah apa yang sedang ia pikirkan tapi lamunannya menegaskan bahwa ia sedang memikirkan sesuatu.tiba-tiba anaknya dating dari dalam rumah-menghapiri dirinya.dengan wajah cemas dan sedih,ia bertanya pada ayahnya…
   “bagaimana yah.. apa ayah sudah mempunyai uang untuk membelikan ku sepeda baru?? Sepeda yang ada sudah tidak dapat digunakan lagi akibat tertabrak truk sewaktu pak tedjo meminjamnya kemarin” jelasnya sambil menunjukkan wajah iba

  “aku tidak mau berangkat kesekolah dengan berjalan kaki-jaraknya sangat jauh” keluhnya
“.terlebih” lanjutnya “ibu tidak memberiku uang jajan”..
Sang ayah membelai tipis rambut anaknya sambil berkata..
  “iya nak,ayah akan berusaha.tapi ayah tidak bias berjanji padamu” tersirat rasa sedih di mata pak Adam.
  “siang ini” lanjutnya “ayah akan mencari uang untuk membeli sepedamu-doakan ayah!!!” katanya optimis sembari mengecup kening anaknya.
   Matahari sudah tepat di atas kepala-tandanya hari sudah siang.
Sungguh tidak disangka,ternyata pak Adam mencari uang dengan cara menjadi orang buta-mengemis.Dengan bermodalkan tongkat dan bekas minuman gelas dari plastik ia mulai menipu orang-orang sekitar dengan berpura-pura buta.sebenarnya ia bias saja menjadi kenek metro mini atau menjadi kuli di pasar.tapi mungkin ia mempunyai beberapa alasan untuk tidak melakukannya.
  “pak… pak… kasihan pak” itulah ajian pamungkas yang ia katakan kepada orang-orang di sekelilingnya-untuk menarik simpati mereka.
  Setelah mondar-mandir kesana kemari .ia memutuskan untuk beristirahat di pinggiran jalan sambil menghitung beberapa lembar ribuan dan recehan yang ia dapatkan dari hasil mengemis tadi.
  Tiba-tiba seorang laki-laki paruh baya yang membawa sepeda menabrak pelan dirinya dari arah kiri.uang yang di tangannya pun brantakan di tanah.
dengan perasaan jengkel dan marah ia berkata pada laki-laki tersebut…
   “heyy..hati-hati kalau berjalan.disinikan ada orang buta sedang duduk,memangnya kamu tidak melihat???”
Ia marah seperti orang normal,tidak terlihat seperti orang buta lagi sambil terus merapikan uangnya yang berantakan-mungkin karena emosi.
  “maaf pak” laki-laki paruh baya yang memakai kacamata dan berpakaian lusuh itu menjawab “saya tidak melihat,soalnya saya juga buta.sekali lagi saya minta maaf” mata pak adam melirik ke tangan laki-laki paruh baya itu-di dapatinya tongkat lipat yang di genggam oleh laki-laki paruh baya tersebut.seolah tak percaya, ia menggoyangkan tangannya kekiri dan kanan tepat di depan mata laki-laki paruh baya teresebut.
ternyata benar. laki-laki itu tidak berkedip sama sekali.
Perhatian pak adam beralih pada sepeda yang dibawa laki-laki tersebut. Sepedanya masih di bungkis-rapih,dan terlihat masih sangat baru.
  “sepedanya masih baru nih pak.. hasil mengemis juga???”
Pak adam bertanya dengan ekspresi normal-tidak berpura-pura buta lagi. Sembari terus memperhatikan sepedanya.
   “iya,ini sepeda baru untuk anak saya!!!” laki-laki buta paruh baya itu menjawab dengan perasaan gembira.
  “tapi maaf pak” lanjutnya “meskipun saya buta,pantang bagi saya untuk mengemis atau sekedar menunggu belas kasihan orang lain.saya tidak mau di anggap lemah meskipun diri saya memiliki kekurangan”
  Pak adam berhenti memperhatikan sepeda baru itu.ia mulai menimbang-imbang perkataan laki-laki buta paruh baya tersebut-memperhatikan setiap kata dengan seksama  “ini hasil saya menjadi tukang pijat keliling. Meskipun hasilnya tidak seberapa..tapi alhamdulillah !! hasil keringat saya sendiri.bukan hasil dar mengemis atau meminta belas kasihan orang”
  Hati pak adam seolah-olah ter-enyuh mendengar perkataan laki-laki buta teresebut-dapat dilihat dari ekspressinya.sepertinya rasa malu dan sedih berkecamuk di dalam hatinya.
   “ya sudah pak” sambung laki-laki buta tersebut “saya mau pulang. Saya udah tidak sabar untuk segera memberikan sepeda ini kepada anak saya!!! Sekali lagi saya minta maaf”
Kalimat terakhir yang di ucapkan laki-laki buta tersebut sambil menyunggingkan senyum sebelum pergi.
  “iya pak.hati-hati di jalan!!”
Jawab pak adam-kali ini suaranya terdengar tulus.tidak bernada marah seperti tadi.
   Ia terlihat sangat menghayati kepergian laki-laki buta tersebut-dengan terus memperhatikan langkah kaki laki-laki buta itu.
Sekonyong-konyong rasa sedih menghampiri dirinya,rasa malu kepada diri sendiripun tidak dapat ditepiskan pula.
Hatinya seraya berkata… “mengapa aku yang dilahirkan sempurna malah menunjukkan betapa kurangnya diri ini.sedangkan ia yang dilahirkan dengan kekurangan tidak ingin menunjukkan kekurangan yang ada pada dirinya-padahal itu sangat kontras terlihat.aku malu padanya… aku malu pada diriku sendiri… tuhan”
   Hari ini pak adam memetik pelajaran berharga dari laki-laki buta tersebut.
Bahwa seberapapun kekurangan yang ada dalam diri kita bukanlah suatu halangan dan bukan alasan untuk mengeluh tanpa pernah berusaha.
Laki-laki buta tersebut sepertinya lebih arif menghadapi beban hidup yang terkadang sangat sulit bagi orang-orang dhaif  seperti dirinya.
Doa –doa yang ia lantunkan di antara sujudnya bukanlah satu-satunya  usaha yang ia lakukan,akan tetapi itu semua adalah pemanis dalam usahanya mengais rezeki yang halal setapak demi setapak.ia dapat membuktikan bahwa orang-orang sepertinya tidak hanya dapat berpangku tangan,mengeluh,atau sekedar menunggu belas kasihan orang lain.
  Sesungguhnya,bukankah doa tanpa usaha bagaikan kembang tanpa kumbang atau sayur tanpa garam???
sang kuasapun membenci doa yang tanpa di sertai  dengan usaha.
Perlu kita tekankan dalam diri kita,bahwa Tuhan tidak akan menciptakan suatu masalah tanpa ada jalan keluarnya.berpangku tangan atau mengeluh bukanlah satu-satunya jalan keluar yang bijak.
Jadi,sertakanlah doamu dengan usaha.bukan dengan keluhan atau sekedar menunggu rasa iba orang lain datang.


By
" Evhong"


 

Tidak ada komentar: